Kebutuhan koin pecahan atau uang logam dalam kegiatan transaksi perdagangan khususnya ritel masih cukup besar. Untuk memenuhi kebutuhan koin ini, Bank Indonesia dan Kementerian Perdagangan serta Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) meluncurkan gerakan peduli koin nasional.
Pjs Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution mengatakan, selama ini masyarakat cenderung menyimpan uang logam atau koin dan tidak membelanjakannya. Ini membuat perputaran uang logam menjadi terhambat. Padahal kebutuhan uang logam terus meningkat sepanjang tahun. “Keengganan masyarakat untuk menggunakan kembali uang logamnya antara lain disebabkan karena tidak adanya media atau tempat untuk menyalurkan uang logam tersebut,” ujar Darmin saat peluncuran gerakan Peduli Koin Nasional Sabtu (31/7).
Dengan adanya gerakan ini, nantinya Aprindo akan menyediakan media atau tempat penukaran uang pecahan kecil atua koin bagi masyarakat. Sebab, masyarakat ditengarai lebih banyak menyimpan atau tidak menggunakan uang koin untuk bertransaksi.
Perusahaan atau retailer dan jumlah aoutlet yang sudah siap untuk melaksanakan kegiatan ini antara lain Alfamart 1050 outlet, Indomaret 1010 outlet, Hero, Giant dan Guardian sebanyak 200 outlet, Circle K sebanyak 200 outlet, carrefour 80 outlet, dan Hipermart 70 outlet.
Dalam kesempatan yang sama Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan gerakan ini merupakan bentuk tanggung jawab dan respon positif dalam kepedulian akan pentingnya perlindungan konsumen. “Ini mengingat banyaknya keluhan atau pengaduan konsumen terkait pengembalian sisa uang belanja transksi dalam bentuk permen atau barang lainnya yang tercantum dalam struk belanja,” ujarnya.
Catatan saja, hingga 30 Juni 2010 jumlah uang logam yang beredar di masyarakat sebesar Rp 3,2 triliun atau 15,5 miliar keping dengan jumlah terbanyak adalah pecahan Rp 100 sebanyak 6,7 miliar keping. Tahun ini, BI berencana akan mencetak 1,6 keping uang logam baru.